Monday, January 5, 2015

KONSEKRASI

hello ! good night, peoples !
sebenarnya udah kepikiran beberapa hari lalu buat nulis sesuatu yang sakral ini, tapi baru berhasil mendapat jawaban dan ilham dari berbagai sumbernya malam ini.
well, tulisan gue tentang hal sakral ini terinspirasi dari pertanyaan The Soul waktu misa minggu Adven keempat pas lagi konsekrasi. entah kesambet apa, pagi itu tiba-tiba pertanyaan ini keluar dari mulutnya : "dek, sebenernya pas ini tuh kita ngapain sih?" glek ! gue yang tadinya fokus ngeliatin hosti yang diangkat Sang Pastur tiba-tiba diem, mikir. pertanyaanmu kok susah sih pagi-pagi giniiii? dan akhirnya sepanjang misa gue jadi mikir, ditambah The Soul yang terus-terusan mengulang pertanyaanya "deeekkk...kok ga dijawab sih? aku slama ini ga paham kita tuh pas konsekrasi tadi ngapain" hadooohhhhhh....
akhirnya gue cuma jawab : "nanti ya kak, aku mikir dulu", sahutnya dengan ngeselin, "jangan-jangan kamu juga ga tau lagi". gengsi ngakuin, gue pun ngejawab dengan sok "tau lahhh...tapi aku cari sumbernya dulu, takutnya salah jawab" (sepik ajeeee....) :))

oke, soul ! let me try to answer it !
Konsekrasi berasal dari bahasa Latin "Consecratio" (con + scare) yang artinya : kudus atau suci.
Konsekrasi berarti : menunjukkan sesuatu yang dikuduskan.
Konsekrasi dalam tradisi gereja katolik adalah pengudusan roti dan anggur yang dipercaya sebagai Tubuh dan Darah Kristus pada saat Doa Syukur Agung.
pertanyaanmu : "kita tuh ngapain sih?"
nahhh...sikap yang seharusnya pada saat konsekrasi adalah menyembah dan menghormati roti dan piala berisi anggur yang diangkat oleh Imam karena kita mengimani bahwa roti sebagai Tubuh Kristus dan piala berisi anggur sebagai Darah Kristus.
sekaligus mengenang Perjamuan Terakhir Yesus pada malam sebelum Ia diserahkan untuk dihukum mati (Matius 26:26-29).



yang membuat kita seringkali bingung adalah sikap orang-orang yang beragam pada saat konsekrasi.
ada yang menunduk, ada yang mengangkat tangan yang terkepal, ada yang menatap altar, ada juga yang natap temen sebelahnya (yang terakhir cuma dilakuin sama 1 orang... *siul siul* hahahaha).
sebenarnya, sikap yang harus dilakukan pada saat pastur mengangkat roti dan piala adalah : sikap hormat.
naahhh...sikap hormat setiap orang dan tradisinya jelas berbeda. kalau orang Jawa, kecenderungannya menghormati sesuatu ataupun seseorang adalah dengan berlutut kemudian mengangkat kedua tangan yang disatukan sambil menunduk. 
itulah kenapa kebanyakan umat di gereja katolik daerah Jawa bersikap menunduk dan mengangkat tangan yang menyatu saat konsekrasi.
lain hal mungkin, ketika kita misa di pulau Sumatra atau Kalimantan (gue sendiri ga tau, karena belum pernah keluar Pulau Jawa apalagi misa disana).
bokap gue juga pernah cerita, waktu beliau mengikuti misa militer (ga tau gimana dah bisa-bisanya bokap ikutan misa militer -___-), pada saat konsekrasi para militan akan berdiri dan melakukan hormat senjata (yang kebayang di gue, pas konsekrasi tetiba ada aba-aba "hormat senjataaaa...graaakk!" tapi kayanya kalo kaya gtu misanya bukan khusyuk malah rusuh ya hahahahahaha) 
jadi intinya : sikap hormat.
terserah bagaimana kamu mau bersikap pada saat konsekrasi, yang penting hati dan pikiran menghormati roti dan piala yang diangkat pastur saat itu.
toh bagaimanapun sikapmu, Tuhan tetep tau pikiran dan hatimu sungguh atau tidak.

ditegaskan lagi dalam Tata Perayaan Ekaristi tahun 2005 : "dalam misa konselebrasi, waktu Hosti Suci diperlihatkan, para konselebran memandangNya..." 
sikap memandang atau menatap bukan berarti tidak sopan atau terkesan menantang.
bagi orang Jawa, memang agak tabu jika kita menatap atau memandang orang yang seharusnya kita hormati. terkesan malah nantangin gtuu..
tapi dalam konsekrasi, sikap memandang Sakramen Mahakudus mengikuti sikap Rasul Tomas yang terkagum pada saat ia melihat penampakan Yesus yang sudah bangkit dari alam maut. pada saat itu, saking kagum dan herannya, juga antara percaya dan ga percaya melihat Yesus ada di hadapannya. Rasul Tomas hanya mampu memandang dan berkata "Ya Tuhanku dan Allahku" (Yoh 20:28)
kalimat intuisi Rasul Tomas itulah yang diucapkan juga pada saat konsekrasi.




dalam TPE 2005 juga dibahas bahwa gereja tidak mengharuskan sikap tertentu pada saat pengucapan kaliamt intuisi saat konsekrasi. karena sikap seseorang adalah adalah luapan apa yang dirasa dalam hati. kalau memang merasa tabu untuk memandang, ya tidak usah dipaksakan memandang, kalau memang merasa terkagum dan ingin memandang, ya pandanglah Tuhan dalam rupa roti dan anggur tersebut. yang terpenting hati dan pikirannya, bukan hanya sikap. ya balik lagi ke kalimat "toh Tuhan tau..."

jadi, masihkah bingung, Soul?
yang penting itu hati dan pikiranmu, kalo hati dan pikiranmu ke aku ya liat aku aja (huuuussshhh!)
maap maap, yang barusan ngawur.
ga boleh ya, pas misa ya fokusnya ke Tuhan. kan sebelum Doa Syukur Agung juga udah ada ajakan : "Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan" dan harusnya ketika menjawab "sudah kami arahkan" pikiran lain diusir dulu jauh-jauh.

baiklah, sudah kepanjangan ngoceh teoritisnya. sudah malam, sudah lelah, sudah waktunya istirahat.
semoga tulisan tentang hal sakral malam ini bisa bermanfaat buat kamu, dan teman teman lain yang mungkin juga belum paham betul mengenai konsekrasi. dan semoga pas konsekrasi di misa berikutnya udah lebih mengimani bukan bingung sendiri.

selamat mengimani !

*dari berbagai sumber*

No comments:

Post a Comment